Oleh SETH BORENSTEIN | Associated Press
Apakah yang sedang
terjadi saat ini hanya cuaca yang tidak normal atau lebih dari sekadar
itu? Ilmuwan iklim menyarankan bahwa jika Anda ingin melihat sekilas
akibat terburuk dari pemanasan global, tengoklah cuaca di AS dalam
beberapa pekan belakangan ini.
Kebakaran alam yang besar.
Gelombang panas yang menyiksa. Kekeringan yang mematikan. Banjir besar.
Dan sebuah badai yang sangat kuat yang disebut derecho (sebuah angin
badai yang besar, kuat dan berlangsung lama).
Hal-hal di atas
adalah akibat ekstrem yang diperkirakan para ahli akan terjadi karena
perubahan iklim, meskipun terlalu dini untuk mengatakan bahwa itu adalah
penyebabnya. Mereka juga tidak akan mengatakan bahwa pemanasan global
adalah alasan terjadi 3.215 rekor suhu tinggi harian yang tercatat pada
Juni.
Menghubungkan
fenomena cuaca tertentu dengan perubahan iklim secara ilmiah memerlukan
penelitian intensif, perhitungan matematis yang rumit, rekayasa
komputer dan waktu panjang. Kadang fenomena itu bukan disebabkan oleh
pemanasan global. Cuaca memang selalu berubah, kadang hal yang buruk
mungkin terjadi.
Dan cuaca-cuaca ini hanya terjadi di daerah
tertentu. Eropa, Asia dan Afrika tidak mengalami bencana yang sama saat
ini, meskipun benua-benua tersebut pernah mengalami fenomena ekstrem
dalam beberapa tahun belakangan ini.
Namun setidaknya sejak 1988,
ilmuwan iklim telah mengingatkan bahwa perubahan iklim akan
mengakibatkan semakin banyaknya gelombang panas, kekeringan, hujan
tiba-tiba, kebakaran alam dan badai yang buruk. Di AS, fenomena-fenomena
ekstrem tersebut kini sangat sering terjadi.
Tahun ini saja,
telah terjadi kebakaran alam pada area seluas lebih dari 2,1 juta
hektar. Lebih dari 113 juta orang di AS tinggal di daerah yang
mendapatkan peringatan kebakaran pada Jumat tersebut, dua per tiga
negara tersebut mengalami kekeringan, dan pada Juni, banjir besar
melanda Minnesota dan Florida.
“Ini adalah contoh seperti apa
pemanasan global nantinya dalam tingkatan yang kecil,” ujar Jonathan
Overpeck, profesor ilmu bumi dan atmosfer di Universitas Arizona. “Panas
tambahan memperbesar kemungkinan terjadinya gelombang panas,
kekeringan, badai dan kebakaran alam. Ini adalah hal yang saya dan
ilmuwan lain sudah peringatkan sebelumnya.”
Kevin Trenberth,
kepala analis iklim di National Center for Atmospheric Research di
Colorado, mengatakan bahwa kondisi terburuk inilah yang dia perkirakan
akan terjadi, namun banyak orang tidak mau mendengarkannya. Inilah
saatnya perkiraan tersebut terwujud.
Baru-baru ini pada Maret,
sebuah laporan khusus tentang fenomena ekstrem dan bencana yang ditulis
oleh badan Intergovernmental Panel on Climate Change yang pernah
memenangkan Nobel, mengingatkan “cuaca ekstrem dan fenomena iklim yang
belum pernah terjadi sebelumnya.” Pemimpin penulis laporan tersebut,
Chris Field dari Carnegie Institution dan Standford Univesity,
mengatakan pada Senin bahwa fenomena dramatis yang mereka pernah
prediksi banyak terjadi di AS sekarang.
“Apa yang kita lihat
benar-benar merupakan gambaran akibat dari pemanasan global yang
sebenarnya,” ujar Michael Oppenheimer, profesor ilmu bumi dan hubungan
internasional Princeton University.
Oppenheimer mengatakan hal
tersebut pada Kamis, sebelum suhu di Pantai Timur mencapai ratusan
derajat dan sebelum derecho menyapu Chicago hingga Washington. Badai
tersebut menewaskan lebih dari 20 orang dan membuat jutaan orang harus
hidup tanpa listrik. Para ahli mengatakan bahwa badai tersebut memiliki
kekuatan lima kali lipat dari badai normal.
Badai yang terbentuk
karena suhu tinggi tersebut merupakan jenis badai terkuat yang pernah
terjadi sepanjang sejarah di daerah tersebut, ujar ahli meteorologi
penelitian tersebut, Harold Brooks, dari National Severe Storm
Laboratory di Norma, Oklahoma. Para ilmuwan memperkirakan “fenomena
angin non-badai” seperti ini dan badai lainnya akan meningkat seiring
perubahan iklim karena panas dan ketidakstabilan, ujarnya.
Pola
seperti itu belum pernah terjadi hanya dalam satu hingga dua pekan
belakangan ini. Musim semi dan dingin di AS merupakan yang paling hangat
dan paling sedikit turun salju sepanjang sejarah, membuat fenomena
ekstrem berpeluang besar untuk terjadi.
Sejak 1 Januari, AS telah
mencatat lebih dari 40.000 rekor suhu terpanas, namun hanya 6.000 rekor
suhu terdingin, menurut National Oceanic dan Atmospheric
Administration. Biasanya, dalam abad terakhir, AS sering mencatat rekor
suhu panas dan dingin secara seimbang, namun dalam dekade pertama abad
ini, Amerika mencatat 1 rekor terpanas berbanding 2 rekor terdingin,
ujar Jerru Meehl, seorang ahli iklim ekstrem di National Center for
Atmospheric Research. Rasio tahun ini adalah sekitar 7 panas berbanding 1
dingin. Beberapa rekayasa komputer menyatakan bahwa rasio akan mencapai
20 banding 1 pada pertengahan abad, ujar Meehl.
“Di masa depan
kita akan mengalami gelombang panas yang lebih sering dan lebih besar
dan kita sudah mengalaminya dalam beberapa musim panas belakangan ini,”
ujar Derek Arndt, pemimpin NOAA Climate Monitoring.
Panas yang
amat sangat, kekeringan, es yang cepat mencair dan serangga yang bangun
dari hibernasi lebih awal untuk memakan habis pohon semuanya memicu
penyebaran kebakaran alam yang tidak biasa di Barat, ujar Steven
Running, seorang ahli kebakaran alam sekaligus profesor ekosistem
University of Montana.
Meskipun setidaknya 15 ilmuwan iklim
mengatakan pada The Associated Press bahwa musim panas AS yang lama dan
panas ini sama seperti perkiraan tentang pemanasan global sebelumnya,
bumi sering dilanda fenomena ekstrem seperti itu, ujar John Christy dari
University of Alabama di Huntsville. Christy, yang meragukan pemanasan
global, mengatakan, “Pihak yang salah dari semua ini menurutku adalah
bumi itu sendiri.”
Namun kebanyakan ilmuwan pada umumnya, seperti
Meehl, tidak setuju akan pendapat tersebut, “Ini adalah contoh seperti
apa pemanasan global tersebut dan kita akan semakin sering mengalaminya
di masa yang akan datang.”
0 komentar:
Posting Komentar