Jumat, 13 Juli 2012

Apakah Perubahan Iklim Benar-benar Sudah Terjadi Sekarang?

Oleh SETH BORENSTEIN | Associated Press

Apakah yang sedang terjadi saat ini hanya cuaca yang tidak normal atau lebih dari sekadar itu? Ilmuwan iklim menyarankan bahwa jika Anda ingin melihat sekilas akibat terburuk dari pemanasan global, tengoklah cuaca di AS dalam beberapa pekan belakangan ini.

Kebakaran alam yang besar. Gelombang panas yang menyiksa. Kekeringan yang mematikan. Banjir besar. Dan sebuah badai yang sangat kuat yang disebut derecho (sebuah angin badai yang besar, kuat dan berlangsung lama).

Hal-hal di atas adalah akibat ekstrem yang diperkirakan para ahli akan terjadi karena perubahan iklim, meskipun terlalu dini untuk mengatakan bahwa itu adalah penyebabnya. Mereka juga tidak akan mengatakan bahwa pemanasan global adalah alasan terjadi 3.215 rekor suhu tinggi harian yang tercatat pada Juni.



Menghubungkan fenomena cuaca tertentu dengan perubahan iklim secara ilmiah memerlukan penelitian intensif, perhitungan matematis yang rumit, rekayasa komputer dan waktu panjang. Kadang fenomena itu bukan disebabkan oleh pemanasan global. Cuaca memang selalu berubah, kadang hal yang buruk mungkin terjadi.

Dan cuaca-cuaca ini hanya terjadi di daerah tertentu. Eropa, Asia dan Afrika tidak mengalami bencana yang sama saat ini, meskipun benua-benua tersebut pernah mengalami fenomena ekstrem dalam beberapa tahun belakangan ini.

Namun setidaknya sejak 1988, ilmuwan iklim telah mengingatkan bahwa perubahan iklim akan mengakibatkan semakin banyaknya gelombang panas, kekeringan, hujan tiba-tiba, kebakaran alam dan badai yang buruk. Di AS, fenomena-fenomena ekstrem tersebut kini sangat sering terjadi.

Tahun ini saja, telah terjadi kebakaran alam pada area seluas lebih dari 2,1 juta hektar. Lebih dari 113 juta orang di AS tinggal di daerah yang mendapatkan peringatan kebakaran pada Jumat tersebut, dua per tiga negara tersebut mengalami kekeringan, dan pada Juni, banjir besar melanda Minnesota dan Florida.

“Ini adalah contoh seperti apa pemanasan global nantinya dalam tingkatan yang kecil,” ujar Jonathan Overpeck, profesor ilmu bumi dan atmosfer di Universitas Arizona. “Panas tambahan memperbesar kemungkinan terjadinya gelombang panas, kekeringan, badai dan kebakaran alam. Ini adalah hal yang saya dan ilmuwan lain sudah peringatkan sebelumnya.”

Kevin Trenberth, kepala analis iklim di National Center for Atmospheric Research di Colorado, mengatakan bahwa kondisi terburuk inilah yang dia perkirakan akan terjadi, namun banyak orang tidak mau mendengarkannya. Inilah saatnya perkiraan tersebut terwujud.

Baru-baru ini pada Maret, sebuah laporan khusus tentang fenomena ekstrem dan bencana yang ditulis oleh badan Intergovernmental Panel on Climate Change yang pernah memenangkan Nobel, mengingatkan “cuaca ekstrem dan fenomena iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Pemimpin penulis laporan tersebut, Chris Field dari Carnegie Institution dan Standford Univesity, mengatakan pada Senin bahwa fenomena dramatis yang mereka pernah prediksi banyak terjadi di AS sekarang.

“Apa yang kita lihat benar-benar merupakan gambaran akibat dari pemanasan global yang sebenarnya,” ujar Michael Oppenheimer, profesor ilmu bumi dan hubungan internasional Princeton University.

Oppenheimer mengatakan hal tersebut pada Kamis, sebelum suhu di Pantai Timur mencapai ratusan derajat dan sebelum derecho  menyapu Chicago hingga Washington. Badai tersebut menewaskan lebih dari 20 orang dan membuat jutaan orang harus hidup tanpa listrik. Para ahli mengatakan bahwa badai tersebut memiliki kekuatan lima kali lipat dari badai normal.

Badai yang terbentuk karena suhu tinggi tersebut merupakan jenis badai terkuat yang pernah terjadi sepanjang sejarah di daerah tersebut, ujar ahli meteorologi penelitian tersebut, Harold Brooks, dari National Severe Storm Laboratory di Norma, Oklahoma. Para ilmuwan memperkirakan “fenomena angin non-badai” seperti ini dan badai lainnya akan meningkat seiring perubahan iklim karena panas dan ketidakstabilan, ujarnya.



Pola seperti itu belum pernah terjadi hanya dalam satu hingga dua pekan belakangan ini. Musim semi dan dingin di AS merupakan yang paling hangat dan paling sedikit turun salju sepanjang sejarah, membuat fenomena ekstrem berpeluang besar untuk terjadi.

Sejak 1 Januari, AS telah mencatat lebih dari 40.000 rekor suhu terpanas, namun hanya 6.000 rekor suhu terdingin, menurut National Oceanic dan Atmospheric Administration. Biasanya, dalam abad terakhir, AS sering mencatat rekor suhu panas dan dingin secara seimbang, namun dalam dekade pertama abad ini, Amerika mencatat 1 rekor terpanas berbanding 2 rekor terdingin, ujar Jerru Meehl, seorang ahli iklim ekstrem di National Center for Atmospheric Research. Rasio tahun ini adalah sekitar 7 panas berbanding 1 dingin. Beberapa rekayasa komputer menyatakan bahwa rasio akan mencapai 20 banding 1 pada pertengahan abad, ujar Meehl.

“Di masa depan kita akan mengalami gelombang panas yang lebih sering dan lebih besar dan kita sudah mengalaminya dalam beberapa musim panas belakangan ini,” ujar Derek Arndt, pemimpin NOAA Climate Monitoring.

Panas yang amat sangat, kekeringan, es yang cepat mencair dan serangga yang bangun dari hibernasi lebih awal untuk memakan habis pohon semuanya memicu penyebaran kebakaran alam yang tidak biasa di Barat, ujar Steven Running, seorang ahli kebakaran alam sekaligus profesor ekosistem University of Montana.

Meskipun setidaknya 15 ilmuwan iklim mengatakan pada The Associated Press bahwa musim panas AS yang lama dan panas ini sama seperti perkiraan tentang pemanasan global sebelumnya, bumi sering dilanda fenomena ekstrem seperti itu, ujar John Christy dari University of Alabama di Huntsville. Christy, yang meragukan pemanasan global, mengatakan, “Pihak yang salah dari semua ini menurutku adalah bumi itu sendiri.”

Namun kebanyakan ilmuwan pada umumnya, seperti Meehl, tidak setuju akan pendapat tersebut, “Ini adalah contoh seperti apa pemanasan global tersebut dan kita akan semakin sering mengalaminya di masa yang akan datang.”

0 komentar:

Posting Komentar